DEMONSTRASI PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI PENERAPAN MATERI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Guru Profesional
Menurut undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru
profesional harus memiliki kualitas akademik minimum sarjana (S-1) atau
diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogic, professional,
social, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Guru
sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru sebagai agen
pembelajaran untuk saat ini diberi keleluasaan dalam merancang dan
melaksanakan pembelajarannya, hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah
mengenai pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
sejalan dan dilandasi paradigma baru pengelolaan pendidikan yang
memberikan otonomi kepada sekolah, sesuai dengan kondisi, potensi siswa,
dan potensi daerah dalam batas-batas tertentu yang diberikan
keleluasaan dalam mengembangkan kurikulumnya sendiri.
Pembelajaran IPS
Pelaksanaan
pembelajaran adalah peristiwa interaksi antara peserta didik dengan
pendidik, antar peserta didik, dalam suasana yanga telah dirancang dan
didukung dengan alat sehingga diharapkan menghasilkan perubahan baik
pengetahuan, sikap, maupun perilaku. Agar harapan tersebut dapat
diwujudkan maka diperlukan guru yang kompeten di bidangnya, yaitu mampu
merancang, melaksanakan, dan mengelola pembelajaran secara efektif dan
efisien. Guru diharapkan mampu memberdayakan potensi yang ada
dilingkungannya sehingga pembelajaran berlangsung sesuai dengan kondisi
setempat, mampu memotivasi, menciptakan suasana yang menantang,
mendorong kemandirian, dan melatih perserta didik mengambil keputusan
yang bertanggung jawab.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan di SMP/MTs yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, yang memuat materi
geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga Negara Indonesia
yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan
berat karena kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan
setiap saat. Oleh karena itu maka pembelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan,
Mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
:mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; merasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
ketrampilan dalam kehidupan sosial.; memiliki komitmen dan kesadaran
nilai sosial dan kemanusiaan; memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi
aspek-aspek sebagai berikut : 1) Manusia, tempat, dan lingkungan, 2)
Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) System sosial dan budaya, 4)
Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Inovasi Pembelajaran IPS
Salah
satu kompetansi dasar mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 1
Karanglewas semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 adalah
mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya
penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. Alokasi waktu yang
diperlukan dalam pembelajaran materi lingkungan hidup dan upaya
penanggulangannya adalah 3 kali pertemuan @ 2 jam untuk tiap pertemuan.
Adapun indikator yang dikembangkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
· Mengidentifikasikan unsur-unsur lingkungan hidup fisik hayati dan budaya.
- Mengidentifikasikan arti lingkungan hidup bagi manusia.
- Mengidentifikasikan bentuk bentuk lingkungan hidup dan faktor penyebabnya
- Memberikan contoh contoh usaha pelestarian lingkungan hidup.
- Mendiskripsikan pembangunan berwawasan lingkungan
- Mengidentifikasikan ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan.
Skenario pembelajaran materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya adalah sebagai berikut :
Untuk
indikator pertama dan kedua pembelajaran menggunakan metode observasi
dan diskusi, dimana siswa secara individual diberi tugas untuk
mengobservasi lingkungan untuk mengidentifikasi unsur biotik, unsur
abiotik, dan unsur sosial budaya di dalam sekolah, dan dilanjutkan
dengan diskusi kelompok untuk melaporkan hasil observasinya.
Pembelajaran pertemuan pertama diawali dengan apersepsi yaitu
menanyakan apakah siswa senang bersekolah di SMP N 1 Karanglewas?. Pada
kegiatan eksplorasi dan elaborasi siswa diberi tugas untuk
mengobservasi lingkungan sekolah yaitu ruang kamar mandi, selokan, dan
halaman sekolah. Siswa melaporkan hasil observasi secara tertulis dalam
bentuk kelompok.
Kegiatan
konfirmasi hasil laporan adalah dengan klarifikasi hasil laporan
tentang unsur biotik, unsur abiotik, dan unsur sosia budaya. Berdasarkan
laporan tertulis seluruh kelompok berpendapat bahwa matahari bersinar
terang, udara sangat bersih, rumput halaman sekolah kering, dan sampah
dibuang tidak pada tempatnya.. Hampir semua tempat ada sampah yang
berserakan baik di halaman, di kebun, maupun di selokan sekolah. Selain
itu kamar mandi banyak coretan kata-kata yang kurang pantas. Kegiatan
penutup, pertama diisi dengan meminta salah satu siswa untuk memberikan
refleksi dan siswa menyatakan senang dengan proses pembelajan dan tidak
senang dengan kondisi lingkungan sekolah yang kotor. Selanjutnya siswa
diberi tugas untuk mengamati kegiatan pengelolaan sampah di rumah
masing-masing. Penilaian proses dilakukan oleh guru untuk menilai
kedisiplinan selama observasi, dan antusias serta kerja sama dalam
diskusi kelompok. Penilaian hasil berdasarkan laporan secara kelompok
dilakukan atas dasar keseuaian dengan tema, dan kejelasan laporan.
Pembelajaran
pertemuan kedua dengan indikator mengidentifikasikan bentuk bentuk
lingkungan hidup dan faktor penyebabnya dan memberikan contoh- contoh
usaha pelestarian lingkungan hidup dengan metode ceramah, observasi,
demonstrasi, dan menggunakan model pembelajaran sample and unsample.
Kegiatan apersepsi dimulai dengan memberikan pertanyaan, ”Apakah di
rumah siswa ada dua tempat pembuangan sampah?, dan hampir semua siswa
menjawab hanya ada satu tempat pembuangan sampah. Apersepsi yang kedua
guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang harus
dilaksanakan oleh siswa.
Kegiatan
eksplorasi dan elaborasi dimulai dengan membagi kantong plastik untuk
membungkus tangan, kemudian guru membawa siswa ke halaman sekolah
sebelah barat,dengan alasan tempat tersebut dengan kebun ketela yang
bayak sampahnya, siswa diminta untuk mengambil dan menempatkan sampah
pada bak sampah sesuai dengan klasifikasi sampah organik dan sampah
anorganik. Kegiatan konfirmasi dilakukan dengan klarifikasi hasil
pemilahan sampah yang dilakukan siswa dan demonstrasi pembakaran sampah
anorganik. Seluruh rangkaian proses pembelajaran tersebut nampak pada
gambar di bawah ini :
1. Gambar Pengambilan sampah dan proses memasukkan sampah sesuai dengan bak sampah yang tersedia
a. Mengambil dan memasukkan sampah b. Penerapan model sample & unsample
2. Gambar proses salah satu cara pengolahan limbah sampah anorganik
a. Klarifikasi jenis sampah anorganik b. Demonstrasi pembakaran sampah
anorganik
Catatan : Pembakaran sampah anorganik pada kaleng cat yang di dalamnya ada kaleng cat lagi yang lebih kecil
Pertemuan
pemelajaran kedua ditutup dengan membuat kesimpulan bahwa perlu
pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik, serta pengolahan
sampah organik dibakar pada tempat sampah di tanah., dan sampah
unorganik dibakar pada kaleng bekas. Guru menjelaskan bahwa sudah
melakanakan pembakaran sampah plastik dengan cara yang sama, dan kaleng
tempat pembakaran sampai saat ini belum penuh walau pembakaran telah
dilaksanakan selama satu tahun. Refleksi oleh seorang siswa dan dia
mengatakan bahwa sangat senang dengan pembelajaran seperti tersebut di
atas, dan contoh pengelolaan sampah sangat bermanfaat, dan akan
dilaksanakan di rumah. Penilaian proses dilakukan dengan pengamatan
selama siswa menjalankan tugas, proses memasukkan sampah sesuai dengan
tempat yang telah disediakan. Penilaian dilakukan oleh rekan sejawat,
yang melaporkan masih ada anak yang tidak serius menjalankan tugas
sesuai dengan petunjuk guru.
Pembelajaran
pertemuan ketiga dimulai dengan kegiatan apersesi yaitu dengan
menanyakan apakah sampah di rumah sudah dikelola seperti contoh
pengelolaan sampah pada pertemuan yang lalu? Berdasarkan hasil
perhitungan siswa yang mengangkat jari diketahui hanya sekitar 30 %
siswa yang sudah melakukan pengeloaan sampah sesuai dengan contoh.
Kegiatan inti dilakukan dengan metode reading guide,
yaitu guru memberi soal dan siswa mencari jawaban dari buku IPS Kelas
VIII dari penerbit Intan Pariwara halaman 25 sampai dengan 21. Kegiatan
penutup, pertama diisi dengan pesan moral agar anak tidak membuang
sampah sembarangan di manapun berada, mulai mengelola sampah di rumah
dengan benar. Kebersihan di sekolah tetap harus dijaga agar tetap dapat
mempertahankan predikat sebagai juara I lomba Wawasan Wiyata Mandala
tingkat Jawa Tengah pada tahun pelajaran 2007/2008. Kegiatan penutup
yang kedua adalah Pos tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran lingkungan hidup dan wawasan pembangunan berkelanjutan,
dengan tes terulis, bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 soal.
Pembelajaran diakhiri dengan pemberian tugas untuk membaca materi
Kondisi Pendudukan Indonesia sebagai bahan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan rekan sejawat, hasil laporan observasi secara kelompok dan
hasil evaluasi pembelajaran secara tertulis, dapat diperoleh informasi
sebagai berikut
1. Kurang lebih 95% siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2. Model sample and unsample dapat
menggali kemampuan siswa dalam menemukan sendiri (inkuiri) untuk
membedakan sampah organik dan sampah unorganik, berdasarkan hasil
pengamatan hampir 90% siswa dapat menempatkan sampah dengan benar.
3. Demonstrasi
pengelolaan sampah dapat meningkatkan ketrampilan dan kepedulian siswa
terhadap lingkungannya , berdasarkan hasil tanya jawab secara langsung
30% siswa di rumah sudah memisahkan dan membakar sampah dengan benar
yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
4. Diskusi
kelompok dapat meningkatkan kerja sama siswa, berdasarkan pengamatan
rekan sejawat hampir 90% siswa berperan aktif dalam berdiskusi.
5. Berdasarkan
hasil pos tes diperoleh data bahwa 93% dapat mencapai KKM (65) dengan
nilai rata-rata 68. Berarti ada peningkatan dibandingkan dengan hasil
pembelajaran pada materi sebelumnya, dimana ketercapaian KKM hanya 85 %
dengan rata-rata 67.
Saran dan harapan
1. Pembelajaran
dengan menggunakan metode yang variatif sangat diperlukan agar mutu
pembelajaran meningkat dan suasana pembelajaran tidak membosankan.
2. Pembelajaran
yang mengaitkan materi dengan lingkungan hidup sehari-hari sangat
diperlukan agar pembelajaran menyajikan fakta atau realita yang ada.
3.
Mudah-mudahan apa yang telah penulis lakukan dan laporkan dapat
dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya untuk
guru IPS dalam pembelajran materi yang sama, dan tidak menutup
kemungkinan akan dapat pula digunakan pada materi lainnya yang relevan.
Marilah kita tingkatkan mutu pembelajaran kita agar dapat mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Jayalah negeriku Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar